Alkatiri: Stop Beli Alusista Tua

A-TIMES.ID, JAKARTA – Musibah yang menimpa KRI Nanggala 402 melukai hati bangsa Indonesia. Karena bersama kapal naas itu ada 53 prajurit TNI AL. KSAL TNI hampir dipastikan mereka tidak bernyawa lagi.

Tragedi nasional ini memantik rasa keprihatinan Wakil Ketua Komite I DPD RI Ir H Djafar Alkatiri, MM. Politisi vokal ini menyatakan ikut berduka cita. “Kita bangsa dan negara berduka atas hilangnya Kapal Selam Nanggala 402 bersama 53 prajurit Angkatan Laut terbaik. Mereka pahlawan maritim terdepan dan terbaik,” tutur Alkatiri dengan rasa kehilangan.

banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90

Supaya insiden seperti Nanggala 402 tidak terulang, senator dapil Sulawesi Utara mengingatkan pemerintah lewat Kementerian Pertahanan supaya menghentikan membeli Alusista bekas dari negara produsen.

Anggaran pertahanan yang besar, kata Djafar, sangat cukup bagi Kemenhan membeli peralatan pertahanan militer yang baru dengan pertimbangan kemampuan teknologi, kekuatan dan kebutuhan.

“Membeli Alusista bekas sangat beresiko dan merugikan. Pengalaman kita membeli kapal perang bekas dalam hitungan tahun sudah tak layak digunakan dan menjadi besi tua. Bahkan sudah tiga KRI kita tenggelam,”tukas mantan Sekjen DPP BKPRMI ini.

Berita Terkait:  BRANI Beber Keterlibatan Oknum Polri - TNI di Kasus TKI Ilegal

Djafar yang komitenya membidangi pertahanan keamanan mendapat data membeli alusista bekas biaya spare part peralatan cukup besar dan mahal.

“Belum lagi anggaran melatih dan menyekolahkan prajurit yang siap mengoperasikannya. Ini cukup mahal,”tandasnya. Sejauh ini, penyebab tenggelam KRI Nanggala 402 belum diketahui secara pasti.

Bisa saja ada beberapa sebab. Lantaran human eror (kemampuan profesionalitas operasinya) atau material eror (kapasitas Kapal Selamnya sudah sudah tidak memadai dan tua.

“Saya kira Kemenhan dan Panglima ABRI sudah harus membatasi usia operasional kapal perang maupun kapal Selam kita. Karena usia Kapal Selam Nanggala 402 sudah 42 tahun. Sementara negara lain menempatkan alusista beresiko tinggi berusia 25-30 tahun lebih tidak dioperasikan lagi.

Sementara kita masih menggunakannya dan akhirnya korban adalah prajurit-prajurit terbaik kita, belum lagi anggaran pemeliharannya,”jelasnya.

Mantan Anggota DPRD Sulut ini mendorong pemerintah lakukan revitalisasi dan modernisasi sistem armada maritim. Pemerintah harus fokus meningkatkan kemampuan dan kekuatan teknologi alusista serta armada perang maritim. Alat tempur lebih canggih karena Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki 2/3 laut.

Berita Terkait:  Wapres: 605 Kiai dan Ulama Meninggal Selama Pandemi

“Modernisasi dan peremajaan alat maritim menjadi keniscayaan untuk menjaga keutuhan kawasan NKRI. Singapura hanya sebesar Jakarta memiliki 5 armada kapal selam dan kapal rescue. Kita negara kepulauan sangat luas cuma ada 5 kapal selam dan dua diantara usianya diatas 35 tahun dan sampai saat ini kita tidak memiliki kapal rescue kapal selam. Padahal tahun awal 70 an kita memiliki 12 armada Kapal Selam dan kmemiliki armada terkuat kelima terbesar didunia saat itu. Dan terkuat pertama dikawasan Selatan dan Asia Tenggara,” sindirnya.

Olehnya, Djafar meminta musibah Kapal Selam Nanggala 402 menjadi titik balik kesadaran mengevaluasi secara keseluruhan kemampuan alusista.

“Semoga tragedi ini tidak terulang lagi dan kita doakan semoga Kapal Selam Nanggala 402 dan 53 prajurit terbaik bisa ditemukan dengan utuh,” katanya. (*)

Komentar