Oleh : Abid Takalamingan MH
(Pemerhati Politik)
ISTILAH politik adalah momentum sukses diraih PDI Perjuangan. Fakta itu terungkap pada Sabtu, 24 Juni 2023 di di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.
Stadion keramat yang jadi kebanggaan Indonesia, menjadi saksi bagaimana PDIP mempertontonkan kekuatan besar kepada seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia Internasional.
Di haul Presiden pertama RI Soekarno atau yang disapa Bung Karno, PDIP dengan cara elegan menunjukkan tentang sebuah perubahan besar dan mendasar mengelola partai menjadi partai profesional, disiplin dan loyalis, Di sisi lain haul tersebut telah menjadi ajang keberhasilan konsolidasi terbesar partai politik dalam menghadapi Pemilu 2024.
GBK dengan daya tampung sekira 80.000 orang penuh terisi massa warna merah. Bahkan massa dengan atribut merah meluber sampai di luar stadion GBK. Mereka terpaksa di luar GBK. Massa tidak bisa masuk menempati tribun yang sudah padat.
PDIP tampil beda. Tidak seperti yang lain. Mereka yang datang memenuhi isi tribun GBK bukan kader biasa Ataupun simpatisan tapi mereka semua para kader; pengurus partai yang datang dari daerah-daerah yang dekat dan jauh. Berasal dari Sabang
sampai Merauke.
Pada titik ini jika kita cerdas mengamatinya dari perspektif kesiapan partai,maka PDIP telah begitu siap menghadapi pesta besar demokrasi tahun 2024. Sekaligus siap menghadapi pilkada serentak yang akan digelar beberapa bulan setelahnya pada tahun yang sama.
Seingat penulis konsolidasi PDIP yang mirip seperti ini pernah dilakukan pada tahun 1999 dan kali ini selang 14 tahun dalam segala dimensi telah jauh berbeda.
Hari ini PDIP mampu menunjukkan kelas sebagai partai yang tak
hanya besar tapi juga kuat dan begitu siap dengan tingkat kedisplinan, kepatuhan serta profesionalisme yang lebih paripurna dibanding 1999.
Peringatan bulan Bung Karno 2023 yang mengangkat tema Kepalkan Tangan Persatuan untuk Indonesia Raya; sungguh menjadi ajang yang spektakuler bagi PDIP sebagai sebuah partai besar tapi ada beberapa yang menjadi perhatian penulis tentang hal-hal yang lebih spektakuler yang ingin disampaikan kepada banyak orang pada acara Peringatan Bulan Bung Karno di
GBK,
Sebagai refleksi Pertama ; Indonesia adalah Negara Bahari.
Dari pemberitaan penulis ketahui bahwa kepesertaan pada Perayaan Bulan Bung Karno 2023 kali ini datang dari seluruh wilayah Indonesia, dan mereka mayoritas menggunakan kapal laut menuju Jakarta.
Mereka umumnya mencarter kapal-kapal Pelni yang terisi penuh oleh para pengurus partai dari tingkat paling bawah hingga pengurus teras partai di daerah yang sebagian besar sekaligus adalah pemimpin-pemimpin di daerah baik eksekutif maupun legislatif.
Dari Sulawesi Utara misalnya tercatat ada sekitar 2300 Atas arahan orang nomor satu Sulut.
Ketua DPD PDIP Sulut Olly Dondokambey (Gubernur Sulut) menumpang KM Dorolonda dipimpin langsung oleh Wakil Ketua I DPD Sulut Steven Kandow (Wakil Gub Sulut) dan Wakil Ketua Fransiscus Andi Silangen (Ketua DPRD Sulut).
Sebagian yang lain diantaranya Ketua DPC Bitung Maurits Mantiri (Walikota Bitung), Ketua DPC Minsel Frangki Wongkar (Bupati Minsel), Ketua DPC Manado bapak Richard Sualang (Wakil Walikota Manado) dan banyak lagi pimpinan partai yang sekaligus sehari-harinya adalah pemimpin baik di lembaga eksekutif maupun
legislatif, dan mereka semuanya menyatu dengan pengurus dan kader struktur sampai paling terendah di partai berlambang Moncong Putih.
Fenomena kepersetaan seperti di atas itu juga terjadi dihampir seluruh daerah, Ribuan orang menaiki kapal laut menyatu bersama berhari-hari menyusuri perairan nusantara.
Pada wilayah itu PDIP seperti hendak menyampaikan pesan kepada dunia bahwa negeri ini memiliki semangat kebaharian, bahwa negeri ini adalah poros maritim dunia yang harus diperhitungkan betul dalam pergaulan bangsa-bangsa dengan berbagai pulau menyatu dalam kebhinekaan
adalah sebuah fakta Indonesia walau daratannya dipisahkan oleh laut akan tetapi mereka menyatu dalam Negara KesATuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua ; Konsolidasi Bukan Panggung Hiburan.
Sekalipun di Perayaan Bulan Bung Karno di Gelora Bung Karno (GBK) ada panggung besar dengan sound sistem dan alat musik yang megah serta sederet artis papan atas sebagai pengisi acara tapi tetap under control dan tidak berubah menjadi panggung hiburan yang menghilangkan ruh dan maksud acara digelar.
Sejumlah artis yang tampil dengsn lagu yang dinyanyikan syarat dengan misi dan pesan-pesan persatuan, Kecintaan terhadap bangsa, semangat perjuangan, dan bahkan ada satu moment yang cukup menarik peratian.
Penulis ketika para hadirin mulai ada yang mendekati panggung karena hanyut dengan uforia tampilnya artis-artis idola mereka secara tegas seorang pria berambut putih dengan kaca mata hitam (maaf saya tak tau namanya)
kemudian disusul oleh Djarot Saiful Hidayat (Mantan Gubernur Jawa Timur) mengingatkan pesan Ketua umum ibu Megawati bahwa ini bukan acara panggung hiburan tapi ini adalah acara konsolidasi partai, dan dibawah satu komando para hadirin balik kanan kembali ke tempat bahkan dengan berlari
karena diperintah oleh pengendali panggung.
Bagi banyak orang mungkin itu hanya peristiwa biasa tapi bagi saya dari perspektif psycology masa PDIP telah berhasil merubah sebuah kerumunan menjadi barisan pasukan yang sangat disiplin dengan tingkAT kepATuhan yang kuat terhadap pemimpinannya.
Ketiga ; Waste Management sebuah kepedulian
PDIP menunjukan kepeduliannya di luar GBK dan di dalam GBK melakukan gerakan menjaga kebersihan. Bahkan kelihATannya PDIP menjadikan ini sebagai sebuah indikator sukses acara di GBK. Dari pernyATaan ketua panitia
yang nama belakangnya sama dengan Bung Karno dan GBK yakni Rano Karno (aktor film terkenal Indonesia era 80-90an) bahwa untuk menjaga agar GBK
tetap bersih sebelum dan sesudah acara maka mereka melibatkan anak-anak muda binaan PDIP yang tergabung dalam Komunitas Juang dan IM Ambara
menjadi motor kebersihan Acara Bulan Bung Karno. Disamping mereka bergotong royong membersihkan area dalam dan luar GBK
juga mendistribusikan konsumsi untuk para hadirin dan dilakukan dalam waktu yang singkat karena jam 11.00 wib mereka mendistribusikan makanan, waktu
makan 30 menit dan setelah itu secara serempak mereka melakukan gerakan seperti orkestra melakukan pengumpulan sisa-sisa makanan di dalam tribun,
yang kemudian dipisah ke dalam dua jenis kantong, sampah organik dan sampah non organik. Terinformasi ada sebanyak 3.245 personel yang didedikasikan secara khusus
untuk melakukan pengelolaan distribusi konsumsi bagi sekitar 100 ribu kader yang akan hadir dalam event Puncak PeringATan Bulan Bung Karno sekaligus
bertanggung jawab terhadap kebersihan di dalam dan di luar GBK.
Menurut hemat penulis bahwa ini bukanlah pekerjaan sederhana dan takkan terjadi jika tidak ada political will dari petinggi PDIP dan salah sATu pesan ibu
MegawATi menurut sekretaris partai bapak Hasto Kristiyanto bahwa bahwa di GBK tunjukan bahwa PDIP akan memelopori waste management Aau
managemen pengelolaan sampah. Apa yang terjadi di GBK dalam soal ini tidak mungkin juga akan terjadi bila miskin dedikasi apalagi makanan dan minuman
disediakan untuk seluruh peserta serta tamu undangan yang jumlahnya hampir 100 ribu orang. Pada posisi itu PDIP telah menunjukan kepada semua orang bahwa
profesionalisme, kepedulian, kekompakkan dan gotong royong akan membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi mudah, bahkan yang
tidak mungkin menjadi mungkin. Sebenarnya, ada banyak hal menarik yang bisa dijadikan refleksi dari peristiwa Peringatan Bulan Bung Karno di GBK Jakarta tapi beberapa hal diATas menurut
penulis adalah sebuah refleksi yang mendasar menggambarkan bahwa PDIP sebagaimana claim-nya menjadi partai yang paling siap menghadaapi pemilu
2024 yang akan datang bukanlah isapan jempol dan jika nanti mereka akan menang besar maka itu bukanlah sebuah keajaiban karena itu hasil dari
sebuah kerja keras, profesional dan kecerdasan internal yang mereka ikhtiarkan dalam memenuhi semua persyaratan untuk menang.
Tentu saja sebagai orang beriman kita percaya bahwa semua tak lepas dari kehendak Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Wallahu a’lam bis-shawab.
Selamat buat PDIP, Semoga tetap dan terus menjadi.(*)
Komentar