Widya Masengi: Fasilitasi Perempuan Pelaku UMKM Lewat PETAHANA

A-TIMES.ID, MANADO — Pertengahan Maret lalu, sebuah lembaga non pemerintah yang memilih fokus dengan urusan perempuan dan pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dikukuhkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.

Lembaga itu diberi nama PETAHANA (Perempuan Tangguh Penggiat Ketahanan Ekonomi Keluarga). Ketua (PETAHANA) yang terpilih dan kemudian dilantik di Kantor Gubernur Sulut tersebut adalah Widya Masengi, salah satu aktivis perempuan yang juga pentolan Fakultas Tehnik Unsrat, Manado.

banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90

Seperti apa kiprah dan tujuan lahirnya PETAHANA?

Menurut Ketua Umi Widya -begitu dia akrab disapa-, lahirnya organisasi PETAHANA (Perempuan Tangguh Penggiat Ketahanan Ekonomi Keluarga), dilatari oleh adanya kaum perempuan yang berkiprah dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mereka banyak dan produktif, tapi tidak memiliki akses dalam banyak hal.

“PETAHANA hadir untuk membuka akses itu seluas-luasnya kepada kaum perempuan pelaku UMKM,” jelas Masengi kepada A-Times, isteri terkasih Ketua Baznas Sulut Abid Takalamingan.

Widya mengurai, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, yakni sebagai salah satu penyumbang PDB hingga 60,34 persen (Data BPS; 2019).

Berita Terkait:  Inflasi Tertinggi Terjadi di Minsel 6.06 Persen

Sektor UMKM dan koperasi mampu menjadi penyanggah sistem perekonomian nasional dalam menghadapi resesi ekonomi global, seperti yang terjadi pada 1998 lalu.

Data Kementerian Koperasi dan UMKM menunjukkan, UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia, dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional.

“UMKM yang dikelola perempuan sebanyak 64,5% dari total UMKM Indonesia atau mencapai 37 juta UMKM, dan kontribusi pendapatan perempuan telah mencapai 36,7%. Sedangkan kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap PDB mencapai 9,1 persen,” urainya.

Ironisnya, mayoritas perempuan pelaku UMKM memiliki banyak kendala. Termasuk keterbatasan modal dan tanggung jawab ganda sebagai ibu rumah tangga.

Mereka juga menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses pengembangan keterampilan, pengembangan produk, manajemen keuangan, tata kelola perusahaan, dan pemasaran.

Padahal, perempuan pengusaha relatif lebih tangguh dalam menghadapi dinamika bisnis. Akan tetapi, sejumlah kendala melingkupi sehingga usahanya tidak berkembang signifikan.

“Inilah yang mendorong lahirnya PETAHANA untuk memberikan akses terhadap informasi atau keterampilan, serta memangkas setiap kendala yang dihadapi,” tandas Widya.

Berita Terkait:  Manado Inflasi 0,68 Persen cabe Rawuit Penyumbang terbesar 

Dalam kaitan itu, peningkatan kinerja UMKM berbasis perempuan menjadi urgen untuk dilakukan. Peningkatan kapasitas manajerial berbasis gender sangat perlu.

Apalagi UMKM di Indonesia banyak yang justru digerakkan oleh perempuan. Dengan terbentuknya PETAHANA diharapkan bisa mengoptimalkan penghasilan kaum perempuan yang menjadi pelaku UMKM termasuk bagaimana meningkatkan kualitas, memberikan nilai tambah dan memperluas pemasaran produk mereka.

Harapannya, dikemudian hari para perempuan UMKM tersebut dapat berkontribusi aktif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara.

PETAHANA sebenarnya sudah lahir sejak 12 September 2020 dengan jumlah anggota sebanyak 100 pedagang UMKM yang tersebar di Sulawesi Utara. Namun kepengurusannya nanti dikukuhkan pada Sabtu, 13 Maret 2021, di Gedung Serba Guna Mapalus, Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Jl. 17 Agustus Manado. (*)

Editor : Amrain Razak
Layout : Syamsudin Hasan
foto: istimewa

Komentar