A-TIMES.ID, MANADO – Memotret perjalanan roda pemerintahan dalam 3 tahun terakhir, pemerintah Indonesia terus menggenjot pengembangan industri nikel di indonesia. beberapa rencana pemerintah diantaranya adalah membangun 30 smelter nikel baru di berbagai wilayah di Indonesia. Hal itu sebagaimana yang disampaikan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Utara (Sulut) kepada media ini, Kamis (25/3/2021).
Direktur Eksekutif WALHI Sulut, Theo Runtuwene, memaparkan soal keberadaan Pulau Sulawesi yang merupakan salah satu wilayah dengan kandungan nikel terbesar di Indonesia terus mendapatkan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari aktifitas industri ekstraktif pertambangan nikel ini.
‘’Bentang alam di Pulau Sulawesi yang sebagian besar merupakan kawasan hutan hujan tropis terus mengalami degradasi akibat ekspansi pertambangan nikel. Tidak hanya hutan dan keanekaragaman hayati yang terancam akibat ekspansi tersebut, Kehidupan dan kebudayaan masyarakat lokal yang saat ini berada di dalam dan sekitar hutan juga menhadapi ancaman yang sama,’’ ujar Theo jebolan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini.
Lanjut Theo, mengatakan perlindungan kawasan hutan di pulau sulawesi harus terus dilakukan untuk menekan laju ekspansi pertambangan dan menjaga bentang alam pulau sulawesi dari ancaman krisis ekologi.
Itu memberikan pemaparan soal hal tersebut, maka WALHI Region Sulawesi mengadakan Konfrensi Pers terkait “Ekspansi Tambang Nikel dan Ancaman Kerusakan Bentang Alam Hutan Di Sulawesi”, kegiatan ini dilaksanakan oleh WALHI Sulsel, WAlhi Sulteng, WALHI Sultra, dan WALHI Sulut, pada:
Hari : Jum’at 26 Maret 2021
Pukul : 15.00 WITA – Selesai
‘’Konfrensi Pers ini juga akan disiarkan langsung melalui channel youtube WALHI Sulawesi Selatan,’’ kata Theo kepada wartawan Exposemedia.id. (Red/Amas)
Untuk diketahui calon peserta yang ikuti Konferensi Pers ini dengan mendaftarkan diri melalui link dibawah ini.
Komentar