A-TIMES,MANADO – Ratusan pelajar dan mahasiswa terpana mendengar pemaparan aritificial intelligent atau kecerdasan buatan dari tiga pakar dari Fakultas Teknik Unisrat.
Mereka tampil bersama di Seminar yang digelar HMI Komisariat Teknik, HMI Cabang Manado, awal pekan ini di aula Serba Guna Manado.
Usai seremonial yang dibuka Ketua Komisariat Teknik, Prof Dr Ir Sangker Tadi DEA mengawali dengan tema AI dalam dunia pendidikan.
Prof Sangker Tadi merangsang rasa ingin tau para audiens dari beberapa SMA negeri dan kampus.
Ada tiga hal kata Prof Sangker Jika berbicaca tentang sistem pendidikan berbasis kecerdasan buatan.
“Tantangan kecerdasan buatan. Tantangan sistem pendidikan. Dan sistem pendidikan berbasis Kecerdasan buatan,”kata Warek IV Unsrat ini.
Menurut Prof AI sudah dimulai sejak akhir abad ke-18. Perjalanan sejarah tentang teknologi AI ditandai dengan beberapa kemunculan mesin pentar seperti
“Automaton Chess Player “ pada tahun 1770, ini merupakan sebuah mesin yang mampu
bermain catur dengan cakap saat melawan manusia. Selain itu terdapat juga Joseph Faber,
Amazing Talking Machine (1830-40’s), sebuah mesin yang mampun menjawab dengan baik
ketika diajak berbicara oleh manusia.
Elon Musk pernah mengatakan “ It’s Not Impossible for AI to Control Humanity” “There is a risk that
advanced AI either eliminates or constrains humanity’s growth,” he said. Adding that super-
intelligence was a “double-edged sword”.
“Kecerdasan buatan itu bagaikan pisau bermata dua. Jika dimanfaatkan sesuai fungsinya, maka akan sangat membantu dalam dunia pendidikan. Begitupula sebaliknya AI dapat begitu berbahaya jika dimanfaatkan untuk merusak orang banyak,”tandasnya.
Prof menegaskan dunia pendidikan harus bisa memanfaatkan AI sehingga kualitas intelektual dapat setara secara internasional.
Meskipun AI memberikan kesempatan untuk mendukung guru dalam tanggung jawab pendidikan dan pedagogisnya. Tapi interaksi manusia kolaborasi antara guru dan siswa harus tetap menjadi inti dari pendidikan. Sadarilah bahwa guru tidak dapat digantikan oleh mesin, dan pastikan bahwa hak dan kondisi kerja mereka dilindungi.
Perkuat lembaga pelatihan guru, dan kembangkan program peningkatan kapasitas yang sesuai untuk mempersiapkan guru agar bekerja secara efektif di lingkungan pendidikan yang kaya akan AI.
Selanjutnya Dekan FT Unsrat Prof.Dr.Ir. Fabian J. Manoppo M.Agr menjelaskan lebih ke contoh. Dia mengurai jenis teknologi kecerdasan buatan. Yang paling popular di kalangan mahasiswa maupun dosen ChatGpt. ChatGpt adalah teknologi kecerdasan buatan
yang dapat menjawab pertanyaan secara cepat dalam bentuk huruf atau kalimat, akan tetapi
tidak dapat menjawab dalam bentuk gambar atau diagram.
Prof Fabian menegaskan bahwa “ di Fakultas Teknik Unsrat diperbolehkan menggunakan
ChatGpt saat mengerjakan tugas akan tetapi tetap harus menyantumkan sumber yang jelas.
”Laju perkembangan teknologi yang begitu cepat menuntut kita harus siap untuk terus
beradaptasi. Ada dua sudut pandang yang berbeda terkait AI, yaitu jika dimanfaatkan secara baik
untuk kemaslahatan umat maka akan membawa berkah. Begitupala sebaliknya akan sangat berbahaya, bahkan lebih bahaya dari bom atom,”tegas prof. Fabian.
Panelis termuda Muhammad Dwistanto Putro S.T, M.T, P.hd memulai dari perkembangan teknologi. dari 1.0 hingga 5.0.
Teknologi 1.0 mengawali revolusi industri dengan mesin uap. Teknologi 2.0 memperkenalkan
transportasi dan listrik. Era 3.0 ditandai oleh komputer pribadi dan internet. Teknologi 4.0
membawa IoT, AI, dan manufaktur otomatis. Sementara itu, Teknologi 5.0 yang diantisipasi akan
lebih menekankan interaksi antara manusia dan teknologi, mungkin dengan integrasi AI yang lebih
dalam dan solusi untuk tantangan global. Setiap era berdampak besar pada kehidupan, ekonomi,
dan masyarakat secara keseluruhan.
Memasuki era Atrtificial Intelegence atau AI maka dibutuhkan keterampulan puncak.
Intelligent VS Smart?
Intelejensi melibatkan kemampuan kognitif yang luas dan kompleks. Smart (Cerdas):Ini merujuk pada kemampuan seseorang
bertindak dengan efisien dan efektif. Kecerdasan dalam konteks ini lebih fokus pada tindakan tepat waktu dan tepat sasaran, tanpa harus mencakup spektrum kemampuan kognitif yang luas
Artificial Intelligence vs Machine Learning VS Deep Learning
Artificial Intelligence (AI): Teknologi yang memungkinkan mesin meniru kemampuan manusia seperti belajar, berpikir, dan mengambil keputusan cerdas.
Machine Learning (Pembelajaran Mesin): Teknik di dalam AI yang membuat mesin bisa belajar dari data dan meningkatkan kinerjanya seiring waktu tanpa pemrograman khusus.
Deep Learning (Pembelajaran Mendalam): Sebuah metode dalam pembelajaran mesin yang menggunakan model jaringan saraf tiruan untuk mengolah data secara hierarkis, cocok untuk tugas- tugas kompleks seperti pengenalan gambar dan bahasa.
AI dalam Dunia Pendidikan ?
Terdapat banyak jenis teknologi AI yang digunakan dalam dunia pendidikan, berikut adalah
beberapa contohnya :
- ChatGpt.
- Microsoft Math Solver
- AI Image Generator
- V7
- AI presenter
- AI pada zoom meeting.
- Grammarly
“Pahami konsep AI yang sebenarnya maka anda tidak akan lagi menjadi pribadi yang hanya konsumtif melainkan kreatif dan inofatif serta lebih bersyukur. Kita tidak sedang melawan AI, tapi
Teknologi manusia semakin berkembang seiring berjalannya waktu sehingga terjadi banyak
Perubahan.
Sebelumnya Ketum Komisariat Teknik Amanda Tessa Anang menyentil revolusi industry hingga Society 5.0.
Dengan segala kemudahan yang ditawarkan tentu saja ada begitu banyak tantangan. Maka dari itu Society 5.0 menjadi solusi untuk permasalahan yang ada pada revolusi industry 4.0.
Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia, semua teknologi adalah bagian dari
manusia itu sendiri. Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan masyarakat yang benar-benar
menikmati hidup dan merasa nyaman. Dengan menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Apakah kita selaku kader Himpunan Mahasiswa Islam siap untuk menyambut AI dalam bidang
Pendidikan? Mengawal penuh segala proses mulai dari pelatihan dan pengembangan, persiapan
infrastruktur dan akses teknologi, serta penyediaan perangkat?
Diskusi dipandu Nora Dara Fortuna ini memancing pertanyaan kritis para peserta (sal)
Komentar