Asisten 1 Deny Manggala bersama pihak terkait usai rapat Stunting(*)
A–TIMES,MANADO–Angka Stunting di Sulawesi Utara terus jadi perhatian Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw (OD-SK). Pemprov terus berupaya mempercepat penurunan angka stunting yang ditargetkan tahun 2024 di bawah 14 persen. Hal ini disampaikan Asisten I Setdaprov Sulut Denny Mangala saat membuka Rapat Koordinasi dan Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Stunting di Ruang C.J Rantung, Kantor Gubernur Sulut, Kamis (7/9/2023). Rapat ini juga membahas evaluasi realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Sub Bidang Keluarga Berencana dan Biaya Operasional Keluarga Berencana. Manggala turut didampingi Kepala Dinas Dukcapil-KB Sulut Christodharma Sondakh dan Plh Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Sulut Lady Ante mewakii Kaper BKKBN Sulut Diano Tino Tandaju. Ia membeber data stunting di Sulut pada tahun 2022 berada di angka 20,5 persen. Angka itu hanya turun 1,1 persen dari tahun 2021 dengan angka 21,6 persen.”Target nasional angka stunting 2024 di bawah 14 persen. Artinya, dalam dua tahun berjalan ini kita harus mampu turunkan 6,1 persen,” ujarnya. Manggala menambahkan melihat progres prevelensi stunting di Sulut yang melambat, maka diharapkan ada komitmen yang sama antara provinsi dan kabupaten/kota untuk mempercepat penurunan stunting yang menjadi program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi).” Tahun ini di-push lagi untuk mencapai target 3,01 persen di 2023. Lebih bagus lagi progresnya lebih dari itu, agar tahun 2024 tantangan kita tidak terlalu berat,” ungkapnya.ia mengharapkan pada rapat ini para peserta perwakilan dari 15 kabupaten/kota di Sulut satu persepsi serta membagikan informasi terkait penurunan stunting.” Sharing informasi supaya di forum seperti ini kita bisa saling menukar informasi dalam percepatan penurunan stunting,” imbuhnya.Lanjut Manggala ada laporan masuk seperti contoh pemberian bantuan untuk anak stunting atau keluarga yang ibunya bisa melahirkan anak stunting, tidak tepat sasaran.” Bantuan susu dan telur yang keluar ini bukan dikonsumsi anak tapi orang tua. Lebih parah lagi, ada bantuan susu dengan biskuit untuk anak tapi setiap ada tamu, biskuit ini diberikan ke tamu,” ungkapnya. Ia menilai bantuan yang tidak tepat sasaran itulah yang membuat angka stunting progresnya berjalan lambat. Manggala juga menyoroti terkait penyerapan anggaran untuk penanganan stunting masih sangat rendah.” Ada data dari BKKBN BOKB distribusi teralokasi di 15 kabupaten/kota dengan nilai 54,97 miliar, dimana 45,13% untuk stunting. Tapi apa yang kita lihat di data yang masuk ke kita sampai hari ini yang terealisasi baru 16% lebih sedikit. Ini masih jauh, padahal ini sudah bulan September. Hitungannya September Oktober November Desember 4 bulan. Artinya 7 bulan yang sudah lewat penyerapannya sangat-sangat kecil,” ungkap Mangala. Ia menambahkan penanganan stunting tugas kita bersama disamping program pemerintah. Ini adalah misi kemanusiaan tolong kita care sama-sama untuk misi kemanusiaan dimana kita harus memberikan perhatian dan kepedulian untuk kemudian mengangkat anak-anak stunting ini dengan kepedulian kita.” Kami berharap semua kabupaten kota terus memacu agar stunting segera turun,” pungkasnya.(*)
Komentar