MUNCUL kabar baru; selang satu dua hari kedepan, berbagai elemen masyarakat Kota Gorontalo kembali akan menjalankan aksi demo terkait Bank Sulut. Gorontalo (BSG).
Persoalan yang melilit BSG, khususnya perseteruan salah satu pemegang saham di Gorontalo, sepertinya kian meruncing dan belum mendapatkan titik terang penyelesaian bagi kemenangan “torang pe bank”.
Saling membalas pantun sebagai sikap yang “tak mau kalah” terus dipertontonkan. Hal ini tentu bisa berakibat pada degradasi kepercayaan publik yang akan sangat merugikan BSG itu sendiri.
Saya teringat masalah yang dihadapi teman saya. Anak gadisnya tiba tiba membuat pikirannya kacau. Persoalan paling krusial yang pernah dihadapi sepanjang hidupnya.
Apa itu? tiba tiba ia mendapat informasi dari isterinya, bahwa anak gadis yang baru akan memasuki usia 18 tahun, sudah hamil.
Bingung, marah dengan penuh emosi tak karuan menyelimuti pikirannya. Sebagian saudaranya ikut emosi. Dan, dengan gaya preman ingin mencari lelaki yang menghamili putrinya. Ingin menghajarnya.
Sementara anggota keluarga lainnya, berupaya menenangkan teman saya untuk mencari jalan keluar. Opsi yang ditawarkan adalah aborsi. Selanjutnya sang putri melanjutkan studi di luar daerah.
Teman saya ini, lebih sepakat pada tindakan aborsi yang dianggapnya bisa menutup aib keluarga. Tapi kemudian ada masukan lagi dari keluarga lainnya, bahwa dua opsi yang ada tetap sama sama menimbulkan masalah baru ke depan.
Maka solusi yang ditawarkan, oleh keluarga yang menolak opsi di atas, adalah; menerima.kenyataan dengan ikhlas karena Allah SWT. Berupaya berembuk untuk segera menikahkan anak gadisnya dengan lelaki yang menghamilinya.
Kebetulan lelaki yang menghamili itu adalah teman kuliah atau pacar dari anak gadis itu.
Muncul di pikiran teman saya lagi. Apakah keluarga lelaki, mau menerima untuk menikahkan anak mereka dengan putrinya?
Bagaimana bila mereka (keluarga/ orangtua) lelaki tidak mau.
“Pokoknya, tetap dicari solusi agar kedua anak itu dinikahkan. Tujuan utama kita itu dulu. Kita harus melihat persoalan ini dengan kepala dingin. jangan emosional.” begitu masukan salah satu saudara ke teman saya.
“Bila kamu ingin menyelamatkan anakmu, kamu jangan memaksakan kehendak. memang nilai tawar kita lemah. Jadi kita harus mencoba memberi sejumlah opsi sampai anak itu dinikahkan,” sambung sepupu temanku.
“Jangan hanya karena merasa aib, kamu menghancurkan mental putrimu. jangan karena ego, kamu hilangkan masa depan putrinya.”
“Kita harus menerima kenyataan untuk mendapat kebaikan lebih besar. Jangan kita lari dari kenyataan yang bisa mengaburkan kebaikan itu sendiri.”
Pada akhirnya, putri teman saya menikah sangat sederhana. Usai menikah, teman saya dan besannya sepakat untuk memberi kesempatan menyelesaikan kuliah sang menantu.
Besan teman saya itu menanggung kuliah anaknya, sementara teman saya ikut membiayai kebutuhan putri hingga proses persalinan terjadi.
Singkat cerita, hanya berselang enam bulan setelah wisuda dia mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan pertambangan untuk urusan laboratorium. Background ilmunya memang terkait dengan itu. Kimia.
Anak yang dikandung di luar nikah, kini sudah masuk sekolah dasar. mereka sudah memiliki rumah di perumahan kelas menengah. kehidupan keluarga anak teman saya itu, harmonis dan penuh bahagia. Hubungan teman saya, baik dengan besan, maupun putri dan menantunya sangat baik.
*********
Ilustrasi cerita di atas sepertinya cocok dianalogikan dengan perseteruan pemegang saham ex officio Walikota Gorontalo.
Elit BSG dan pemegang saham.pengendali (PSP) perlu mencari sejumlah opsi untuk menyelesaikan persoalan, demi eksistensi dan masa depan BSG.
Sikap ego dan kengototan perlu direm, semata mata untuk BSG. Sikap “merendah” tanpa menghilangkan kewibawaan sangat dibutuhkan. BSG butuh hidup sepanjang masa tanpa periodesasi.
Ada kalangan yang merendahkan hanya karena melihat kepemilikan saham Pemkot Gorontalo sangat kecil.
Mereka mengabaikan pasar yang sudah terbentuk cukup besar di Kota Gorontalo.
Orang bisa saja membayar atau membeli saham Pemkot Gorontalo, tapi pasar BSG yang didominasi PNS dan RKUD Pemkot Gorontalo tak akan mampu dibeli.
Bila memang semuanya berpikir untuk BSG hari ini dan ke depan, sebenarnya masih banyak cara untuk mengatasinya, seperti sikap bijak menyelesaikan persoalan hamil di luar nikah. (tauhid)


























Komentar