A-TIMES.ID, JAKARTA – Dua partai besar mulai saling sindir. Baru-baru ini PDIP membuat merah petinggi Partai Demokrat. Perang dua partai ini bagian pemanasan menuju persaingan 2024.
Selasa kemarin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung Pemilu 2009 sarat kecurangan. Di depan Sekjen Partai Gerindra. Hasto menyebut, pada Pemilu 2009 ada pihak yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan Pemilu.
Pernyataan Hasto ditanggapi Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Ia justru balik menyindir dan menyebut yang bermasalah ada Pemilu 2019, bukan pemilu 2009.
“Mungkin maksudnya Pemilu 2019 kali, bukan 2009, kalau bahas demokrasi yang diduga halalkan segala cara dengan manipulasi DPT, demokrasi menjadikan bansos sebagai politik elektoral, dan demokrasi menggunakan hukum aparat sebagai alat untuk memenangkan pemilu,” kata Herzaky pada wartawan, Rabu (25/8).
Herzaky menyebut, contoh kecurangan Pemilu 2019 tercermin pada kasus kader PDIP Harun Masiku.
“Serta bekerja sama dengan beberapa elemen KPU seperti yang dilakukan Harun Masiku kader PDIP yang masih buron sampai dengan saat ini,” kata dia.
Tak hanya itu, Herzaky juga menyinggung kasus korupsi bansos yang dilakukan kader PDIP yang juga Menteri Sosial Juliari Batubara.
“Kita juga sama-sama mengetahui, maling bansos saat ini yang baru saja mendapat vonis ringan, mantan menteri sosial bernama Juliari, kader utama PDIP. Lagi pandemi, rakyat lagi susah banget, ini temannya Hasto malah korupsi bantuan sosial buat rakyat kecil. Jadi, saran kami, kalau baca teks, atau memberikan statemen, jangan sampai salah tahun. Nanti faktanya terbolak-balik lagi,” pungkas Herzaky.
Sehari sebelumnya DPP PDIP menerima kunjungan DPP Partai Gerindra di kantor DPP PDIP, pada Selasa (24/8). Membuka pertemuan, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal persahabatan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Beliau (Megawati) menegaskan bagaimana persahabatan dengan Pak Prabowo merupakan persahabatan yang benar-benar mencitakan bagaimana Indonesia dibangun mendayagunakan seluruh gotong royong nasional, sehingga kita semakin berdaulat berdikari,” ujar Hasto.
Hasto juga menyampaikan kenangannya saat PDIP berkoalisi dengan Partai Gerindra pada Pemilu 2009 atau saat Megawati Soekarnoputri berpasangan Prabowo Subianto sebagai pasangan capres-cawapres.
“Saya pribadi dengan kunjungan ini langsung bernostalgia pada tahun 2009 lalu pasangan Mega-Prabowo saat itu kita bekerja sama,” kata dia.
Dari kerja sama 2009 itu, Hasto belajar banyak hal, salah satunya ada pihak yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan Pemilu.
“Kita belajar dari sejarah itu, kita belajar juga dengan pemilu 2009, itu ternyata kita bisa melihat ketika demokrasi menghalalkan segala cara dengan manipulasi DPT, demokrasi dengan menjadikan beberapa elemen KPU sebagai pengurus partai, demokrasi menggunakan bansos sebagai politik elektoral,” kata dia.
“Itu menjadi evaluasi bersama dari kedua partai. Sehingga kemudian dari situlah terbangun cita-cita bagaimana demokrasi yang sejati-sejatinya dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat sehingga itu betul-betul dapat diperjuangkan bersama,” pungkas Hasto. (***)
editor: Idam M
sumber: Kompas.com
Komentar