AKHIR pekan lalu bukit Pangiang mencuri perhatian. Bukan lantaran keunikan. Tidak karena peristiwa dahsyat. Tapi karena ada sedotan dua medan magnet.
Pangiang bukan nama dusun. Ataupun nama jalan. Tapi begitulah warga menamainya. Letaknya membentang di punggung selatan Gunung Tumpa. Di Kelurahan Pandu, Kecamatan Bunaken Darat, Manado.
Kampung Pangiang mulai dikenal medio 2000 an sejak berdiri pusat peradaban baru STIKES Muhammadiyah sekarang berubah Universitas Muhammadiyah Manado (UMMA)
Kehadiran kampus UMMA, sukses mereform kampung yang senyap berubah sibuk. Kampus UMMA juga punya kontribusi besar me-make over lanskap perkebunan menjadi koloni baru warga Manado.
Tapi kampus UMMA tidak sendirian. Bukan satu satunya Centre of exchellenge di Pangiang.
Di seberang jalan hampir berhadapan dengan aset kebanggaan Muhammadiyah Sulut, berdiri juga padepokan milik HMI – KAHMI Sulut. Namanya Graha Insan Cita (GIC).
Tempat itu bertahun tahun menjadi pondok literasi dan laboratorium gagasan aktivis mahasiswa ijoitang.
Di mata sejumlah mahasiswa UMMA, keduanya kerap seirama. UMMA dijadikan pusat studi formal, GIC menjadi satelit pendukung sekelompok kecil anak anak UMMA.
Keberadaan dua akademi ini membuat ratusan tokoh beragam profesi ramai ramai berkumpul di kampung Pangiang Sabtu dan Minggu pekan lalu.
\Mereka berhimpun lantaran dua momen besar. Yang disebut kegiatan Akbar.
Yang satu reuni (silaturahmi) Akbar, yang lain pengajian Akbar. Acaranya diadakan dua entitas organisasi Islam besar. Satu ormas Muhammadiyah, terbesar (salah satu) dan terkaya.
Yang satu KAHMI, orgub (organisasi paguyuban) nasional terbesar.
Kalau para tokoh Kahmi Sulut menggelar Reuni Akbar III Alumni HMI di graha insan cita di Sabtu pagi (11/10) sampai sore.
Pada esok harinya Minggu (12/10) Para tokoh dan warga Muhammadiyah mengadakan pengajian akbar di halaman kampus UMMA
Dua pentas akbar di Pangiang yang hampir bersamaan mungkin saja kebetulan. Tak ada unsur kesengajaan. Meski sebenarnya ada satu alasan yang mendorong. Tapi itu biarlah jadi asumsi semata.
Reuni akbar dan pengajian akbar jelas berbeda formatnya. Tapi punya kemiripan dari substansi dan missionnya.
Reuni Alumni HMI dipahat oleh rasa rindu untuk berkumpul. Ingin bersama sama secara berjamaah menyelami kenangan. Sekaligus membagi sucses story di masa kini.
Reuni juga disulam oleh benang perkawanan yang isinya kental dengan spirit Insan akademik,Insan pengabdi dan insan pencipta yang bernafaskan keislaman dan kebangsaan.
Sedangkan pengajian adalah tadarus pengetahuan tentang Islam dan Iman yang beramar Ma’ruf nahi munkar. Pengajian (kajian ilmu) juga sarana berfastabaqul khairah. Mereka yang datang sukarela menginfaqkan rezeki masing masing.
Kampung Pangiang telah mengorbit jauh. Namanya telah melintasi ruang, telah mengendap di bawah otak kanan para alumni HMI dan jamaah Muhammadiyah.
Satu hal yang tanpa kita sadar, Kampung Pangiang telah menautkan senyawa kuat antara Kampus UMMA dan GIC. Senyawa yang mengandung molekul perjuangan yang sama. Yang dibentuk oleh atom atom yang sangat dekat.
Akhir kata, Senyawa ini harus dirawat. Terus dihangati, jangan sampai tererosi zaman.
Karena Reuni Akbar dan Pengajian Akbar di Pangiang adalah awal dari terbentuknya senyawa dua entitas.(*)
Penulis: IM