Patung Tokoh SI Sangihe Ali Adariku Jadi Simbol Pejuang Merah Putih

A-TIMES, MANADO – Bertepatan 10 November 2021 (Kemarin,red) sebagai Hari Pahlawan, seorang tokoh Syarikat Islam Jendahe, tercatat dalam sejarah di Kabupaten Sangihe.

Dimana, masyarakat Kampung Lenganeng telah mendirikan sebuah patung pejuang merah putih yakni Ali Adariku yang diresmikan Bupati Sangihe, Jabes Gaghana SE ME yang diwakili Kadis Sosial, J Mandak. Bupati sangat merespon dan mendukung pembuatan monumen Pejuang Merah Putih, Ali Adariku.

“Ali Adariku dalam catatan sejarahnya begitu gigih dan berani, bahkan nyawa taruhannya untuk melawan Belanda demi membela kaum lemah di Sangihe,” terangnya. Ali Adariku adalah anak sulung dari empat bersaudara yang lahir di Kendahe 25 Agustus 1910. Ayahnya bernama Takawanti Adariku, sedangkan ibunya bernama Lawohang Macpal.

Ali Adariku pada masanya bersekolah di sekolah rakyat yang ada di Kendahe Meski hanya seorang pribumi, Ali Adariku tidak takut melawan Belanda untuk membela rakyat kecil yang tertindas. Karena sikapnya itu maka raja manganitu Willem M.P Mokodompis memberikannya gelar ‘LAHEDE’ artinya berkerabat dengan Medellu.

Berita Terkait:  MD KAHMI Manado Berbagi Hewan Qurban dengan Warga Pangiang

Sedangkan Medellu sendiri adalah gelar dari gumansalangi, yaitu raja pertama Kedataun Tampungang Lawo. Ali Adariku menikah dengan Paulina Manamuri anak dari Kapitalaung Lenganeng.

Sejak saat itu beliau tinggal di kampung lenganeng. Pada tahun 1945 di tetapkan sebagai Kapitalaung Lenganeng (kepala kampung) menggantikan orang tua mantunya yang bernama Thimotuis Manamuri. Masa pemerintahan hingga 1964 atau selama 10 tahun. Keterlibatannya dalam perjuangan menentang kaum penjajah Belanda sudah di mulai sejak tahun 1926 di bawah naungan Partai syarikat islam (PSI). Pada masa itu pergerakan Syarikat Islam indonesia di pulau Sangihe sudah mulai meredup.

Ali Adariku bersama dengan 9 orang teman lainnya sebagai pengurus memulai gerakan dengan mengadakan pertemuan di Tanjung Panipi-Kendahe dengan inti pembahasan yaitu pembelaan terhadap rakyat yang tertindas. Pada tahun 1935 Ali Adariku berangkat ke Manado dalam rangka koordinasi dengan pengurus partai syarikat Islam Manado.

Pada waktu kembali ke Sangihe, Ali Adariku membawa dua orang pengurus PSII Manado, Syamsudin Pakaya dan Abadi Yunus untuk membina para pengurus PSII Sangihe dalam berorganisasi.

Berita Terkait:  Muslimat Al Washliyah Sulut Berbagi Makanan Gratis untuk Kaum Dhuafa

Dari situlah sebuah proses berjalan, dan Ali Adariku memulai aktifitas PSII baru setelah mendapat pembinaan dari pengurus Manado yang lebih dinamis dan aktif. Dan sejak saat itu terbentuklah kepengurusan baru PSII di kampung kendahe II dengan susunan pengurus sebagai berikut;

Pembina           ; Ali Adariku

Ketua                : Putihati Samalam

Wakil ketua      :Redimo S.Mandiri

Bendahara      : Usman Lahade

Pembantu/anggota. : -Pinangari Janis Tabarang

-Suransi Salim -Tamasal Manto Sementara kepengurusan Syarikat Islam Jendahe pada masa itu:

1.Suti Hutani (pimpinan)

2.C.H Janis

3.Abdul Saringgoha Samalam

4.Tonggengbuhu Makarisihu

5.Ali Adariku

6.Ontak Ali Samalam

7.Usman Lahede

8.Soransi Salim

9.Renoimo Samalam Mandiri

10.Sinangari Janis Tabarang.(***)

Peliput/Editor : Saleh Nggiu
Layout             : Didit

Komentar